Kamis, 19 Maret 2009
Sosialisasi Contreng
Pelaksanaan pemilu tinggal sebulan lagi. Namun hingga kini masih banyak warga yang belum tahu bagaimana cara memilih dalam pemilu. Dari simulasi pemilu yang diadakan KPU belum lama ini, kebanyakan warga masih bingung dengan perbedaan kertas suara untuk DPR dan DPRD. Selain itu warga juga masih tidak paham soal cara mencontreng.
Selasa, 24 Februari 2009
Kuota 30% Caleg Perempuan
INDONESIA, menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2000, memiliki populasi perempuan 51 persen. Dari 177 anggota MPR, perempuan berjumlah 18 orang, yang berarti mencapai hanya 9,2 persen. Hampir serupa, perempuan di DPR berjumlah 45 dari 455 orang, yang berarti mencapai 9 persen. Tingkat partisipasi perempuan Indonesia di lembaga perwakilan rakyat ini sehingga lebih rendah dibandingkan rata-rata negara Asia Tengara lainnya, yaitu 12,7 persen.
BERBAGAI upaya telah dilakukan pemerintah dan organisasi masyarakat untuk mendorong partisipasi dan keterwakilan perempuan, salah satunya melalui regulasi kuota yang semakin diterima luas. Di Indonesia, regulasi kuota bagi calon anggota legislatif (caleg) perempuan diyakini sangat signifikan untuk menjamin terartikulasikannya kebutuhan perempuan ataupun sebagai dasar legitimasi negara demokratis.
PASAL 65 Ayat 1 dalam Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu mengatur kuota sekurang-kurangnya 30 persen bagi perempuan. Isu yang kemudian mencuat adalah sampai sejauh mana efektivitas regulasi kuota tersebut? Apakah regulasi kuota seperti yang dijalankan di Indonesia sudah cukup menjamin keterwakilan perempuan?Apakah regulasi kuota mampu meningkatkan akses perempuan dalam parlemen? Selanjutnya, apakah keterwakilan perempuan tersebut mampu menghasilkan kebijakan yang menguntungkan perempuan?
Jumat, 20 Februari 2009
ILM Pemilih Pemula
Pendapat tersebut disampaikan Kordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat Jeirry Sumampouw dalam peluncuran komik politik bertajuk Abu-abu Pemilu yang digagas aktris Nurul Arifin di Jakarta, Selasa (18/11). Menurut Jeirry, hingga kini rencana Komisi Pemilihan Umum mensosialisasikan Pemilu 2009 bagi pemilih pemula hingga ke sekolah belum terlaksana. "Pemilih pemula tidak mendapat perhatian."
Padahal, berdasarkan pengalaman Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sangat signifkan. Jeirry memperkirakan jumlah pemilih pemula meningkat pada Pemilu 2009, yakni 30% dari total 170 juta pemilih.
Jeirry khawatir, jika sosialisasi pemilu tidak maksimal, para pemilih pemula akan dimobilisasi peserta pemilu dalam kampanye massal. Mobilisasi ini akan disertai hasutan agar pemilih pemula memilih peserta pemilu yang berkampanye. Akibatnya, pilihan mereka tidak berdasarkan kesadaran politik yang dalam. "Banyak mereka yang akan dieksploitasi partai," ujarnya.
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat meminta KPU menyiapkan strategi khusus untuk sosialisasi pemilu terhadap para pemilih pemula. Sosialisasi harus dilakukan dengan menyesuaikan gaya hidup pemilih pemula. "Yang penting jenis sosialisasi menyentuh selera mereka," kata Jeirry.
Jeirry menyambut baik gagasan Nurul Arifin yang menggunakan media komik sebagai sarana sosialisasi pemilu untuk pemilih pemula. Ketimbang membaca Undang-undang Pemilu, pemilih pemula lebih suka melihat informasi bergambar. Dia menganjurkan KPU menggunakan metode ini. "Model komik sangat baik untuk menggugah kepedulian mereka terhadap pemilu," katanya.
Pendapat tersebut didukung anggota KPU Sri Nuryanti. Menurut dia, komik lebih menarik perhatian para pemilih pemula. "Untuk pendidikan politik pemilih pemula, kami sudah mempunyai rancangan yang disebut KFC, yaitu knowlegde, featuring of process, and conforming,"ujarnya.
Sri Nuryanti menjelaskan, untuk menjaring keikutsertaan pemilih pemula, KPU harus memperhatikan beberapa hal. Di antaranya, pemilih pemula harus dibekali pengetahuan pemilu (knowlegde), pemerintah harus melibatkan mereka dalam proses pemilu (featuring of process), dan membuat para pemilih pemula tidak asing dengan pemilu (conforming).
Berita disunting dari www.vhrmedia.com
Radio SATUNAMA
Radio SATUNAMA juga melakukan kegiatan produksi program siaran seperti iklan layanan masyarakat, drama radio, feature dan obrolan tentang civol society, demokrasi, gender, kearifan lokal, good governence, HAM, peace building dan tips-tips tentang kesehatan, pertanian, usaha kecil, perkebunan dan perikanan kepada masyarakat. Dengan peralatan yang memadai dan jaringan yang dimiliki, radio SATUNAMA mampu melakukan kegiatan produksi program siaran hingga pendistribusiannya.
Radio SATUNAMA juga bermitra dengan radio-radio komunitas yang ada di Jogjakarta serta memberikan pelatihan dan konsultasi pengelolaan radio komunitas di Jogjakarta, baik dari sisi managemen, program, produksi maupun teknis.