Jumat, 20 Februari 2009

ILM Pemilih Pemula

Sosialisasi Pemilihan Umum 2009 masih mengabaikan pemilih pemula. Padahal, tanpa sosialisasi maksimal, pemilih pemula yang berusia 17 - 21 tahun rawan dieksploitasi peserta pemilu.
Pendapat tersebut disampaikan Kordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat Jeirry Sumampouw dalam peluncuran komik politik bertajuk Abu-abu Pemilu yang digagas aktris Nurul Arifin di Jakarta, Selasa (18/11). Menurut Jeirry, hingga kini rencana Komisi Pemilihan Umum mensosialisasikan Pemilu 2009 bagi pemilih pemula hingga ke sekolah belum terlaksana. "Pemilih pemula tidak mendapat perhatian."

Padahal, berdasarkan pengalaman Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sangat signifkan. Jeirry memperkirakan jumlah pemilih pemula meningkat pada Pemilu 2009, yakni 30% dari total 170 juta pemilih.
Jeirry khawatir, jika sosialisasi pemilu tidak maksimal, para pemilih pemula akan dimobilisasi peserta pemilu dalam kampanye massal. Mobilisasi ini akan disertai hasutan agar pemilih pemula memilih peserta pemilu yang berkampanye. Akibatnya, pilihan mereka tidak berdasarkan kesadaran politik yang dalam. "Banyak mereka yang akan dieksploitasi partai," ujarnya.
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat meminta KPU menyiapkan strategi khusus untuk sosialisasi pemilu terhadap para pemilih pemula. Sosialisasi harus dilakukan dengan menyesuaikan gaya hidup pemilih pemula. "Yang penting jenis sosialisasi menyentuh selera mereka," kata Jeirry.

Jeirry menyambut baik gagasan Nurul Arifin yang menggunakan media komik sebagai sarana sosialisasi pemilu untuk pemilih pemula. Ketimbang membaca Undang-undang Pemilu, pemilih pemula lebih suka melihat informasi bergambar. Dia menganjurkan KPU menggunakan metode ini. "Model komik sangat baik untuk menggugah kepedulian mereka terhadap pemilu," katanya.
Pendapat tersebut didukung anggota KPU Sri Nuryanti. Menurut dia, komik lebih menarik perhatian para pemilih pemula. "Untuk pendidikan politik pemilih pemula, kami sudah mempunyai rancangan yang disebut KFC, yaitu knowlegde, featuring of process, and conforming,"ujarnya.
Sri Nuryanti menjelaskan, untuk menjaring keikutsertaan pemilih pemula, KPU harus memperhatikan beberapa hal. Di antaranya, pemilih pemula harus dibekali pengetahuan pemilu (knowlegde), pemerintah harus melibatkan mereka dalam proses pemilu (featuring of process), dan membuat para pemilih pemula tidak asing dengan pemilu (conforming).
Berita disunting dari www.vhrmedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar